Mengulas Kimi No Nawa
Kimi no Nawa adalah film fantasi drama anime yang dikarang oleh Makoto Shinkai, diproduksi oleh CoMIX Wave Films, dan dipublikasi oleh Toho. Film ini sukses meraih hingga posisi box office di Jepang selama 9 minggu, sebelum akhirnya ditempati oleh film live actionnya Death Note. Film ini dirilis pada tanggal 26 Agustus 2016 di Negeri Sasuke Sakura dan dirilis di Indonesia pada tanggal 8 Desember.
Kimi No Nawa menceritakan tentang Mitsuha yang tinggal di daerah terpencil bernama ITOMORI (yang nama desanya gak bisa dicari oleh Mbah Google) dan Taki yang berasal dari Tokyo. Mitsuha ini sudah sejak lama ingin "MENJADI PEMUDA TAMPAN TOKYO" yang akhirnya diteriakkan olehnya pada saat sehabis ritual (yang namanya warga desa Jepang itu biasanya ada ritual tertentu, dan mungkin Mitsuha udah sebel mungkin).
Nah kemudian mereka bertukar tubuh (bukan bertukar hati), namun otaknya juga ikutan tertukar. Hal ini dapat dibuktikan dari Taki yang 'gayanya agak kedesaan', bingung pada saat di stasiun Shinjuku, dan kehidupannya yang 'gak wajar' (kelupaan waktu kerja, bahkan gak manggil senpai yang bahasa Indonesianya kak).
Keesokan harinya mereka bertukar (normal) lagi, dan jalan cerita pun dimulai... sampai akhirnya Desa Itomori hancur karena komet yang munculnya hanya 1000-an tahun. Setelah itu mereka gak bertukar tubuh lagi, dan Taki pun mencari-cari desa Itomori itu. Pas sampai di sana terlihat desanya telah hancur tiga tahun yang lalu...
Memang film ini bagus banget dan kesan 'drama'-nya sangat menyentuh. Yang membuat kesan dramanya ini menyentuh adalah adanya hubungan remaja dari Prefektur Gifu dengan remaja dari Tokyo itu yang seperti halnya Cinta dan Rangga dalam film AADC 2, bahkan sampai Mitsuha pergi ke Tokyo untuk mencari Taki. Kebanyakan orang menilai bagian bertukar-tubuh itu yang membuat film ini menjadi bagus, seperti yang dikatakan The Guardian:
Lagunya sendiri, diciptakan oleh RADWIMPS, itu sangat indah didengar dan pas sekali dengan tema filmnya. Ketika saya memutar lagu Sparkle sembari membaca terjemahannya, itu saya seakan mau menangis, karena isi liriknya memang sangat menyentuh hati. Jika Anda ingin memutar lagunya, lagunya sudah ada di JOOX dan Spotify kok.
Durasi filmnya itu 106 menit memang panjang untuk film drama, tapi 106 menit itu digunakan dengan pas oleh Makoto Shinkai untuk menceritakan kehidupan kedua remaja tersebut. Untuk kualitas animasinya sendiri, bisa diancungi 4 jempol (2 jempol kaki dan 2 jempol tangan). Ya saya sebagai railfan melihat bentuk stasiunnya persis dengan yang ada di dunia nyata. Stasiun Shinjuku, Yotsuya, Sendagaya, Tokyo (termasuk bangunannya), Hida-Furukawa, dan yang terpenting danaunya itu semuanya didesain sangat pas. Dan yang saya suka adalah 'tangga pertemuan'-nya itu.
Dengan segala kelebihan ini, saya sampai sekarang belum menemukan kelemahan film ini. Palingan satu-satunya kelemahan hanyalah akhir ceritanya yang "yaah begitu saja sudah ketemuan dan akhirnya end" seperti dikatakan teman saya ketika nobar bareng saya di laptop saya dan saya nonton ini yang ketiga kalinya (pertama nonton sendiri, terus nobar bareng klub nihon, ketiga nobar bareng teman). Saya sendiri gak begitu menggubris kelemahan ini, karena memang niat mereka kan ketemuan dan Mitsuha ingin ke Tokyo, dan kedua hal ini terwujudkan.
Verdict: Film ini melebihi kata 'bagus' dan memang menjadi kesuksesan pengarang asal Nagano ini setelah film 5 Centimeters per Second yang saya belum tonton filmnya, tapi katanya reviewnya bagus meskipun ada unsur dewasanya. Namun dengan total dua film ini yang dikatakan bagus, menjadikan Makoto Shinkai menjadi kesuksesan dari Hayao Miyazaki yang merupakan pengarang dari Spirited Away (film ini udah saya tonton 3 kali dan memang bagus).
Kimi No Nawa menceritakan tentang Mitsuha yang tinggal di daerah terpencil bernama ITOMORI (yang nama desanya gak bisa dicari oleh Mbah Google) dan Taki yang berasal dari Tokyo. Mitsuha ini sudah sejak lama ingin "MENJADI PEMUDA TAMPAN TOKYO" yang akhirnya diteriakkan olehnya pada saat sehabis ritual (yang namanya warga desa Jepang itu biasanya ada ritual tertentu, dan mungkin Mitsuha udah sebel mungkin).
Nah kemudian mereka bertukar tubuh (bukan bertukar hati), namun otaknya juga ikutan tertukar. Hal ini dapat dibuktikan dari Taki yang 'gayanya agak kedesaan', bingung pada saat di stasiun Shinjuku, dan kehidupannya yang 'gak wajar' (kelupaan waktu kerja, bahkan gak manggil senpai yang bahasa Indonesianya kak).
Keesokan harinya mereka bertukar (normal) lagi, dan jalan cerita pun dimulai... sampai akhirnya Desa Itomori hancur karena komet yang munculnya hanya 1000-an tahun. Setelah itu mereka gak bertukar tubuh lagi, dan Taki pun mencari-cari desa Itomori itu. Pas sampai di sana terlihat desanya telah hancur tiga tahun yang lalu...
Memang film ini bagus banget dan kesan 'drama'-nya sangat menyentuh. Yang membuat kesan dramanya ini menyentuh adalah adanya hubungan remaja dari Prefektur Gifu dengan remaja dari Tokyo itu yang seperti halnya Cinta dan Rangga dalam film AADC 2, bahkan sampai Mitsuha pergi ke Tokyo untuk mencari Taki. Kebanyakan orang menilai bagian bertukar-tubuh itu yang membuat film ini menjadi bagus, seperti yang dikatakan The Guardian:
With this dazzling body-swap romance, Makoto Shinkai confirms his reputation as Japan’s new animation king.Yang saya suka dari film ini adalah selain plotnya yang menyentuh hati, penempatan lokasinya juga pas dan emang ada di dunia nyata, seperti tangga bertemunya Mitsuha dan Taki.
Lagunya sendiri, diciptakan oleh RADWIMPS, itu sangat indah didengar dan pas sekali dengan tema filmnya. Ketika saya memutar lagu Sparkle sembari membaca terjemahannya, itu saya seakan mau menangis, karena isi liriknya memang sangat menyentuh hati. Jika Anda ingin memutar lagunya, lagunya sudah ada di JOOX dan Spotify kok.
Durasi filmnya itu 106 menit memang panjang untuk film drama, tapi 106 menit itu digunakan dengan pas oleh Makoto Shinkai untuk menceritakan kehidupan kedua remaja tersebut. Untuk kualitas animasinya sendiri, bisa diancungi 4 jempol (2 jempol kaki dan 2 jempol tangan). Ya saya sebagai railfan melihat bentuk stasiunnya persis dengan yang ada di dunia nyata. Stasiun Shinjuku, Yotsuya, Sendagaya, Tokyo (termasuk bangunannya), Hida-Furukawa, dan yang terpenting danaunya itu semuanya didesain sangat pas. Dan yang saya suka adalah 'tangga pertemuan'-nya itu.
Dengan segala kelebihan ini, saya sampai sekarang belum menemukan kelemahan film ini. Palingan satu-satunya kelemahan hanyalah akhir ceritanya yang "yaah begitu saja sudah ketemuan dan akhirnya end" seperti dikatakan teman saya ketika nobar bareng saya di laptop saya dan saya nonton ini yang ketiga kalinya (pertama nonton sendiri, terus nobar bareng klub nihon, ketiga nobar bareng teman). Saya sendiri gak begitu menggubris kelemahan ini, karena memang niat mereka kan ketemuan dan Mitsuha ingin ke Tokyo, dan kedua hal ini terwujudkan.
Verdict: Film ini melebihi kata 'bagus' dan memang menjadi kesuksesan pengarang asal Nagano ini setelah film 5 Centimeters per Second yang saya belum tonton filmnya, tapi katanya reviewnya bagus meskipun ada unsur dewasanya. Namun dengan total dua film ini yang dikatakan bagus, menjadikan Makoto Shinkai menjadi kesuksesan dari Hayao Miyazaki yang merupakan pengarang dari Spirited Away (film ini udah saya tonton 3 kali dan memang bagus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
► Komentar diluar topik diperbolehkan, tapi tidak akan dibalas
Out Of Topic► Link aktif dan iklan hukumnya HARAM
► Aturan memasukan elemen:
a. Youtube: <i rel="youtube">...youtube url...</i>
b. Kutipan: <b rel="quote">...quotes...</b>
c. Kode pendek: <i rel="code">...code here...</i>
d. Kode panjang: <i rel="pre">...code here...</i>
e. Gambar: <i rel="image">...img url...</i>